Selasa, 18 Agustus 2009

BELAJAR DARI BURUNG DAN CACING

Dizaman yang serba susah ini,kemiskinan semakin meningkat, belum lagi tingkat kriminal yang semakin tinggi karena nya meskipun tekhnologi dikatakan berkembang. Orang-orang berlomba untuk memenuhi kebutuhannya.Dan sayangnya tidak sedikit dengan cara yang tidak beretika dan bermoral seperti menjual dirinya,mencuri,merampas dan lain sebagainya.

Pada krisis moral yang berkepanjangan ini,marilah kita meluangkan waktu untuk bertafakur atau intropeksi sejenak,Seperti sebuah petuah “Bertafakur sejenak lebih baik dari pada ibadah satu tahun.”

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi,maka cobalah kita ingat pada burung dan cacing.Burung setiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan tanpa mengetahui dimana ia harus mendapatkannya. Karena itu, kadang kala sore hari ia pulang dalam keadaan perut kenyang, kadangkala ia pulang dengan membawa oleh-oleh makanan untuk keluarganya, tapi sering juga ia pulang kesarang dengan perut yang masih keroncongan.Meskipun burung tampaknya lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya ‘kantor’ yang tetap (apalagi setelah lahannya berubah menjadi real estate),namun yang jelas kita tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri. Kita tidak pernah melihat burung yang tiba-tiba menukuik membenturkan kepalanya ke batu cadas, ataupun kita tidak pernah melihat ada burung yang sekonyong-konyong meluncurkan dirinya kedalam sungai. Nampaknya burung menyadari benar bahwa demikianlah hidup, sewaktu-waktu berada di atas, lain waktu terhempas kebawah. Sewaktu-waktu kekenyangan, lain waktu kelaparan.

Sekarang marilah kita lihat binatang yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing. Cacing seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk mencari makanannya. Cacing tidak mempunyai tangan, kaki, tanduk, atau bahkan mungkin ia tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi cacing serupa dengan makhluk Tuhan lainnya, yaitu ia mempunyai perut yang bila tidak diisi ia akan mati.

Jika kita bandingkan dengan manusia, maka sarana yang dimiliki manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih daripada yang dimiliki cacing. Tetapi mengapa manusia yang diciptakan Tuhan paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-mahkluk Nya yang lain itu, banyak yang kalah hanya dengan seekor cacing. Manusi banyak yang bunuh diri akibat merasa kesulitan dalam mencari nafkah hidupnya, sementara kita tidak pernah melihat ada cacing yang membentur-benturkan kepalanya kebatu??

Semoga kita bisa belajar dari hal kecil dalam hidup ini,yakinlah ketika kita yakin dan mau berusaha mencoba,Tuhan pasti akan member jalan dan mudah-mudahan disaat kita terhimpit dalam kesusahan untuk mencari kebutuhan materi, kita tidak rela kalah dengan burung apalagi cacing!

Tidak ada komentar: