Senin, 17 Agustus 2009

puisi - puisi malam

Kepada hati yang tak pernah kau tanamkan,

Kepada rindu yang kauapkan,

Memalsu,

Menghitam kelam, penuh tanpa tanda arti,…

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Lagi ngerayu pa cui...

q tambahin sedikit puisi ku ya plend..

RAYUAN DUNIA KELAM

Mencoba berbaring……
Lima belas menit di atas tikar tua…
Aku memandang semua
Tak berbunyi waktu itu
Yang ada…..
Aku dan rencana menyusun nasib
Tiba-tiba pasukan sarafku memanggil jantung untuk berdenyut keras
Mereka mengajak otakku untuk berdisko seperti lagi minum alkohol…
Nafsu gulita sebagai perdana menteri tertinggi di kerajaan Jahanampun mulai menampakkan giginya…
Ia mencoba meraih tangan jiwaku yang masih lugu akan dua sisi dunia
“Kembalilah bersamaku untuk bersenang“ katanya
Menit-menit ketika itulah antara dua jiwaku terbelah..
Memilih mencemo’oh atau bersedekah dengan senyum…
Lalu.…
Aku memilih tersenyum waktu itu….
Diam sesaat..
Kemudian Aku melanjutkan untuk menulis bahasa pandanganku…
Sejenak Aku kirimkan pesan kenegaraan Firdaus kepada Ridwan yang setia menjaganya
Aku masih berbaring…
Empat belas menit sudah bejalan….
Tiba-tiba…
Aku terasa rindang bila panggilan Pencipta malam menyapaku lewat pantun renungan
Seakan-akan Ia mengindahkan telingaku yang slalu takabur dan berlumut…
Ia berkata “berfikirlah dalam zikir”….
“dan engkaulah pemenangnya tanpa siksaan Malik” lanjut-Nya..
Lalu Akupun tidur……